Dan saat ini mama tiba2 kangen kamu, de Syafiyah... Kangen kamu, bang Fadel.... Kalian yg akur ya di SurgaNya Allaah... Izinkan mama melanjutkan kisah mu ya, de Syafiyah....
Hari itu, Sabtu tanggal 9 Agustus 2014 adalah jadwal kontrol kehamilan ku untuk USG. Karena memang dr sblm lebaran blom sempat utk USG. Pengen tau brp sih berat kamu skrg, nak? Mama udah ngerasa sesak banget. Mungkin kamu sudah semakin membesar ya, nak?
Dan sore itu, setelah mama dan ayah menunaikan solat ashar, kami langsung meluncur ke RSIA Ummi di Empang untuk melihat perkembangan mu. Sepanjang perjalanan mama merasa kesakitan dan ga nyaman. Rasanya ingin melahirkan aja saat itu. Mama teriak2 supaya ayahmu membawa mobil nya lebih pelan. Padahal ayahmu sudah membawa mobil dengan hati2. Bahkan mama pun udah ga sanggup memegang kakak syaura yg duduk di depan supaya tidak jatuh... Sesak sekali....
Sesampainya di RS, ayahmu langsung memanggil satpam RS utk membawa kursi roda ke dekat mobil. Mama pun didorong oleh pak satpam ke dalam RS. "Pak, pelan2 yaaaaa...." itu yg mama bilang... Karena memang sakit, nak...
Untung sesampainya di poliklinik, mama langsung mendapat giliran. Dan dokter vivi langsung kaget dengan perubahan mama yang membengkak. Dokter melakukan USG dulu. Alhamdulillaah, kamu tetap menunjukkan perkembangan yang bagus nak. Kamu itu benar2 bayi ajaib yg kuat. Berat mu sudah 1,1 kg.
Setelah itu mama dibantu suster dibawa ke laboratorium untuk dilakukan cek urin. Ada apa ya ini, batin mama dalam hati. Setelah cek urin, mama dibawa lagi ke atas utk CTG, pemeriksaan yg berhubungan dengan penyakit jantung. Lalu, suster menyuruh mama untuk menunggu hasil lab.
Lumayan lama kami menunggu, karena terpotong dengan solat magrib. Dan rasanya saat itu mama semakin sesak saja. Rasanya ingin meledak..... Kakakmu ingin tidur dalam pelukan mama... Tapi ayah tidak mengizinkan, karena ga tega melihat kondisi mama....
Setelah selesai istirahat solat magrib, mama dipanggil lagi. Kali ini tanpa masuk ke ruang dokter, mama langsung dibawa ke ruang observasi melahirkan. Mama positif preeklampsia, naaakkk.... Harus dirawat lagi saat itu juga. Kalau tidak, kemungkinan mama akan kejang lalu koma dan kemungkinan2 lain yg mengerikan....
Ya Allaah... Apalagi ini? Kenapa harus aku? Kenapa harus preeklampsia?? Apa itu???
Mama langsung ditangani oleh bidan di ruang kebidanan. Diganti baju rumah sakit, dipasang kateter, dan lagi2 harus dipasang infus. Ya Allaah, yang kemarin saja luka nya belum kering, sudah harus masuk lagi jarum infus ke tubuh mama, nak....
Pasrah... Merasa bersalah... Bingung...
Itu yang mama rasakan. Demi kamu, nak... Tak apalah...
Ayah dan kakakmu masih terlihat ceria menemani mama malam itu... Senyuman mereka lah yg menguatkan mama...
Bidan bolak balik mengecek kondisi mama. Entah obat apa yg mereka masukkan di sana sini... Tiba2 perut bawah mama terasa sakit. Dan timbul rasa ingin buang air besar juga. Bidan yg melihat mama berlumuran keringat langsung menanyakan kondisi mama. Setelah mama jelaskan, bidan langsung mengecek perut bagian bawah itu dan itu positif braxton hix alias kontraksi palsu. Lagi2 mama dimasukkan obat via anus dan minum obat juga supaya kontraksi berkurang.
Oia, tekanan darah mama mencapai 170 malam itu. Ya memang ciri2 preeklampsia adalah : tekanan darah tinggi, muka dan seluruh badan bengkak dan kandungan protein di urin positif. Dan mama termasuk preeklampsia berat.
Keesokan harinya, kepala mama pusing hebat+kunang2. Sesak pun semakin terasa. Padahal dari semalam selang oksigen sudah terpasang di hidung mama. Ayahmu selalu setia menunggui mama di RS. Dan menguatkan mama untuk selalu kuat...
Alhamdulillah setelah minum tambahan obat (lagiiiii!!!), pusing nya mereda dan mama bisa tidur nyenyak.
Senin pagi, ayahmu harus menunaikan kewajibannya untuk mencari nafkah. Untung pusing mama sudah mereda. Tapi tensi masih sekitar 140an. Dan keluhan lain muncul, pendarahan..... Ga tanggung2, darah yg keluar adalah darah segar... Dan memenuhi underpad saking banyaknya. Sore harinya uci, mbah dan kakakmu datang menjenguk mama di RS. Mereka kaget liat kondisi mama yang semakin membengkak. Lalu uci mu bilang : "kamu ga akan sembuh kalo bayi ini tidak dilahirkan. Udahlah dilahirkan saja. Toh sudah dilakukan pematangan paru. Bismillaah aja."
Bidan jaga pun berpesan begitu. Mungkin alasan dokter masih mempertahankan utk tidak segera dilahirkan adalah demi kamu, anakku. Supaya kamu lebih matang dan siap untuk dilahirkan. Tapi mama ga sanggup, naakk... Ga sanggup dengan keadaan dan obat2an yg masuk dari sana sini... Ga sanggup dengan darah yg terus keluar. Maafkan mama yaaaa.....
Akhirnya malam itu ketika dokter visit, mama menyampaikan kalau mama sudahbtidak sanggup, mohon untuk segera dilakukan operasi secar saja. Dokter langsung menjadwalkan jam 7 pagi keesokan harinya.
Ya Allaaah... Rasanya legaaa... Akhirnya akan segera berakhir sakit ini... Akhirnya aku akan segera bertemu dgn mu, nak... Dan mama pun ga tau apakah siap nanti melihatmu dengan alat di sana sini karena kamu masih terlalu muda.... Maaf ya kalau mama egois, nak...
Selasa.... 12 Agustus 2014, tepat jam 7 pagi mama masuk ruang operasi. Sendiri... Berjuang sendiri, hanya ditemani Allaah...
Obat bius pun disuntikkan ke punggung mama. Kaki mulai terasa kebas... Lalu semuanya seperti berjalan begitu cepat. Tau2 hanya dalam 15 menit setelah dokter datang, mama mendengar suara tangismu. Alhamdulillaah... Kamu sehat... Lalu mama mengantuk dan ga sadar lagi apa yg terjadi.
Ketika sadar, ruang operasi sudah sepi. Mama pun sudah mulai diangkat ke kasur untuk pemulihan. Efek bius perlahan mulai hilang. Mama menggigil. Berkali2... Dengan kondisi yang masih setengah mengantuk. Ketika perawat lewat, mama panggil. Menanyakan kapan keluarga boleh menjenguk mama?
Lalu satu2 masuk menjenguk mama. Dimulai dengan opung mu, mbah akung... Mereka bilang kamu cantik.. Walau lahir kecil, cuma 1,1 kg. Mama lega....
Lalu dilanjutkan dengan ayahmu... Datang dengan mata yg sudah berkaca2... "Ada apa ini?" batin mama...
Ayahmu dengan bijak memamerkan foto2 mu sambil menjelaskan kondisimu dengan hati2. "Paru2nya tidak kuat, dek... Dia cuma bisa bertahan selama 3 jam... Suster dan dokter sudah berusaha kuat... Ikhlasin ya dek...."
Ya Allaah... Sang pejuang cantik itu sudah diambil lagi oleh pemilikNya... Ternyata dia berjuang keras bertahan hidup selama di rahimku....
InsyaAllaah aku ikhlas, Yaa Allaah... Aku tau, dia lebih tenang dan bahagia di saming Mu... Aku tau ini skenario mu. Dan aku tau pasti selalu indah... Karena Engkau adalah sutradara terbaik.
Titip salam rindu dan maaf ku untuk bidadari kecilku Syafiyah Aisha Fahrana, Yaa Allaah... Pertemukan kami nanti di surgaMu...
Dan peri kecilku itu sekarang sudah tenang istirahat disamping abangnya yang sudah lebih dulu ke surgaNya Allaah...
Love both of you, my angels.... See you in heaven :*